Jumat, 29 Agustus 2014

Ayah


Baru ku sadari ternyata aku tidak bertemu ayah beberapa hari ini. Ayah sedang menunggui nenek yang sedang sakit dirumah sakit beberapa hari ini. Tidak pulang kerumah. Aku bahkan tak bertanya apakah ayah disana sudah makan, apakah ia baik-baik saja?

Aku malah justru sibuk dengan kesibukan di sekolah. Padahal, masih ada orang diluar sana yang jauh lebih sibuk dariku tetapi mereka masih peduli kepada orangtuanya. Anak seperti apakah itu? T_T

Maafkan, maafkan anakmu yang pemalu ini ayah, bahkan untuk meminta maaf kepada ayah saja segan rasanya. Kata-kata itu tercekat ditenggorokan. Sungguh, aku baru teringat kepada ayah saat ibu mengingatkan disaat aku sedang makan sepulang sekolah hari itu.

     "Ditanyo samo ayah, cakmano Kiki? La sibuk nian apo?" kata ibuku (bahasa Palembang)
     "Oiyo eh ayah, cakmano ayah??? (dengan tanpa dosanya aku bilang seperti itu) 
     "Naaa ayah la nanyoin, madak lupo sm ayah?" (kata ibuku lagi) 
      *terdiam*

Akupun teringat salah satu cerita dari mbak tutor mentoring yang mengisi kelompok ku kamis kemarin. Ayahnya sudah meninggal, ia sangat dekat dulu kepada ayahnya. 
      
       "Kita tak bisa mengulang waktu. Mangkanya, yang masih ada ayah manfaatkan lah waktu itu bersama ayah kalian. Memang, akan terasa kangennya ketika mereka telah tiada. Ketika mereka ada, ya kita biasa-biasa saja" 

Kira-kira seperti itulah kata mbak Ida, yang membuatku tersadar. Anak seperti aku masih beruntung, masih bisa bertemu dengan ayahnya. Banyak teman-temanku di sekolah yang terpisah sama ayahnya karena tuntutan pekerjaan. Tak usah teman, kakak sepupu ku yang perempuan, yuk Iren, yang terpisah bersama kedua orangtuanya karena ia kuliah di Palembang.

Maafkan anakmu ini, ayah :')


bersama ayah, ketika lebaran kemarin :')

- Rizki Amaliah
  19:26 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar